Asal Usul Kata Narsis dan Narsisme

Tahukah anda arti kata narsis dan asal-usulnya? Narsisme atau Narsis artinya adalah perilaku memperhatikan diri sendiri secara berlebihan. Ternyata berasal dari nama seseorang dalam suatu dongeng.
Dongeng itu tetang masyarakat Yunani kuno. Seorang pemuda yang bernama Narsisuss. Lelaki itu adalah putra dari dewa sungai Cephissus dan dewi air Liriope. Orangnya tampan, namun kaku, cuek, dan angkuh.
Suatu ketika Narsisuss sedang duduk-duduk ditepi kolam yang airnya bening. Dari tepi kolam itu, dia melihat betapa tampannya dirinya. Karena bayangan wajahnya yang begitu mempesona, Narsisuss akhirnya jatuh cinta dengan bayangan dalam kolam itu. Narsisuss jatuh cinta dengan dirinya sendiri. Sebenarnya teman-teman perempuannya banyak yang jatuh cinta kepada Narsir. Tetapi dia tidak pernah merespon mereka, ia hanya jatuh cinta pada dirinya sendiri.
Ada seorang teman perempuan yang jatuh cinta kepada Narsisuss, namanya Echo (Gema). Gema adalah putri dari kayangan. Orangnya cantik, tetapi dia tidak normal dalam berbicara. Gema tidak bisa bicara dengan kalimatnya sendiri, tetapi hanya bicara dan mengucapkan kata-kata yang baru didengarnya dari orang lain. ketika Narsisuss bicara, “bagaimana kabarmu?”, Gema menjawab, “kabarmuuuuuuuu……”. “kamu dari mana?”, Gema menjawab, ”darimanaa….”.
Gema benar-benar kasmaran sehingga ia bersusah payah mengejar Narcisuss hingga ke tebing-tebing, jurang dan gunung. Tapi tetap saja Narcisuss tidak bergeming.
Dengan hati yang remuk redam dewi Gema perlahan menghilang hingga
yang terdengar hanya pantulan suaranya yang penuh duka.
Karena komunikasi antara Narsisuss dan Gema ini tidak lancar maka cinta Gema tidak kesampaian. Cintanya tidak didengar oleh Narsisuss, dan ia pun frustasi. Gema bersedih dan menangis. Air matanya menetes begitu banyak sampai akhirnya melarutkan tubuh Gema. Oleh sebab itulah sampai saat ini kita hanya bisa mendengar suara Gema, tetapi wujudnya kita tidak bisa melihat.
Pada suatu kesempatan Narsisuss berjalan-jalan di tengah hutan. Di tempat itu, dia merasakan rindu dengan pemuda yang selalu dilihatnya didalam kolam. Sampailah dia ditepi kolam yang airnya tenang. Di sekelilingnya tumbuh banyak pohon cemara. Begitu memandang ke kolam kembali dia tertegun. Ditatapnya wajah yang begitu tampan didalam kolam itu. Narsisuss berlutut dan ingin menyentuh wajah itu. Namun ketika wajah itu disentuh, berubahlah wajah itu menjadi riak-riak kecil air. Ditunggulah beberapa saat sampai air itu kembali tenang. Disentuhlah lagi wajah itu, dan kembali pula berubah menjadi riak air.
Narsisuss terus menunggu ditepi kolam itu. Dia terus merindukan pemuda dalam kolam itu. Perasaan itu begitu menyiksa. Bertanyalah ia kepada pohon cemara, “Pohon Cemara, apakah engkau pernah merasakan kerinduan seperti ini? Narsisuss terus memandangi wajah itu.
Beberapa hari berlalu. Narsisuss akhirnya sadar bahwa wajah itu adalah wajahnya. Apa yang dia inginkan sudah ia punyai. Apa yang dia rindukan sudah didapatkan. Dia menyadari dan mulai belajar mencintai orang lain. tiba-tiba Narsisuss merasakan seluruh tubuhnya terasa hangat. Kulitnya memancarkan cahaya yang lembut. Api cinta telah menyala dalam diri Narsisuss. Api itu telah membakar dan meluluhkan hati Narsisuss yang selama ini membeku.
Sekian lama Narsisuss tidak muncul, teman-teman Narsisuss mencari ditepi kolam itu. Tetapi mereka tidak menemukannya. Mereka hanya melihat sekuntum bunga. Bagian tengahnya berwarna kuning, bentuknya seperti terompet. Kelopak bunga dibagian pingirnya berwarna putih lembut. Teman-temannya yakin itu adalah Narsisuss, yang tubuhnya telah menjadi bunga. Bunga itu namanya adalah bunga Narsis.
Bunga narsis adalah sejenis bunga berumbi, termasuk dalam golongan bakung – dafodil (Amaryllidaceae) yang biasanya berwarna putih, kuning bahkan ada juga yang berwarna merah. Orang- orang yang senang difoto, dilukis, yang senang memfoto dirinya sendiri, yang bangga dan mengagumi foto-foto dirinya sendiri sering disebut dalam pergaulan sebagai orang yang narsis.
Jika gejala terarahnya nafsu akibat mengagumi, mencintai diri sendiri secara berlebihan dan mengganggu kepribadian; ahli jiwa menyebutnya sebagai narcissme; (gejala sakit jiwa ) mengacu pada kisah mitologi Yunani tersebut di atas.



Posting Komentar

Silakan berkomentar! Singkat, padat, NO-SPAM.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال