Lawan Korea Selatan (Korsel) di babak per delapan final adalah Uruguay. Negara kecil ini adalah tim besar yang setiap piala dunia membuat tim-tim lain ketakutan. Kebesaran masa lalu sepak bola Uruguay terus membayangi, tapi juga menjadi inspirasi. Sukses menjadi juara pertama Piala Dunia pada 1930 dan diulang pada 1950 merupakan prestasi besar negara ini.
Memang, Uruguay hanya negara kecil yang penduduknya di bawah 4 juta, sekitar sepertiganya penduduk Jakarta. Tapi karena kesuksesan sepakbolanya di masa silam, negara ini dikenal dunia.
Mereka bermental juara dan masih memendam kerinduan untuk memboyong piala sepak bola kelas terakbar ini. Begitu juga tahun ini.
Uruguay merindukan gelar juaranya kembali dan bertekad meraih kemenangan melawan tim kesayangan saya, Korsel. Dalam kedaan tim paling buruk pun, mereka terus berusaha tampil maksimal dan mencoba juara. Jika setelah 1950 mereka tak pernah sukses lagi di Piala Dunia, itu lebih karena Uruguay tertinggal dalam sepak bola dibanding negara lain. Maklum, mencari bakat dari tiga juta orang jelas sulit. Indonesia saja yang penduduknya ratusan juta tak mampu memiliki tim nasional yang tangguh.
Fakta 1950, Uruguay tidak disangka banyak kalangan akan juara. Pada saat itu, Uruguay harus melawan tim tuan rumah, Brasil. Skor akhir 2-1 dimenangi Uruguay. Menilai Uruguay memang tak bisa dilihat dari keindahan permainannya. Militansi dan keyakinan untuk meraih target dengan banyak cara menjadi kekuatan mereka. Bahkan, kalau perlu bermain keras. Itu pula yang khas dari Uruguay. Mereka pernah berpendapat, "Bola boleh lewat orangnya jangan." Uruguay pun dicap sebagai pembawa sepak bola negatif, meski sukses di Piala Dunia.
Sekarang, militansi masih mereka miliki. Permainan keras kadang masih terlihat. Tapi, organisasi permainan mereka jauh lebih baik. Pergerakan mereka juga amat cepat. Itu yang merepotkan Argentina dan memaksa mereka kalah 0-1, juga terancam gagal ke putaran final.
Sementara hanyalah tim dari Asia yang masih diremehkan. "Taegug Warrior" masih bermimpi menjadi juara dan bertekad untuk menjadi juara yang pertama dari Asia dalam sejarah Piala Dunia. Pada putaran tanding 16 besar, Korsel harus menang melawan Uruguay agar bisa maju ke babak berikutnya. Tidak penting Korsel melawan tim manapun. Yang penting menang.. Korsel, aku menunggumu nonton TV di puncak juara sepak bola dunia.**
Memang, Uruguay hanya negara kecil yang penduduknya di bawah 4 juta, sekitar sepertiganya penduduk Jakarta. Tapi karena kesuksesan sepakbolanya di masa silam, negara ini dikenal dunia.
Mereka bermental juara dan masih memendam kerinduan untuk memboyong piala sepak bola kelas terakbar ini. Begitu juga tahun ini.
Uruguay merindukan gelar juaranya kembali dan bertekad meraih kemenangan melawan tim kesayangan saya, Korsel. Dalam kedaan tim paling buruk pun, mereka terus berusaha tampil maksimal dan mencoba juara. Jika setelah 1950 mereka tak pernah sukses lagi di Piala Dunia, itu lebih karena Uruguay tertinggal dalam sepak bola dibanding negara lain. Maklum, mencari bakat dari tiga juta orang jelas sulit. Indonesia saja yang penduduknya ratusan juta tak mampu memiliki tim nasional yang tangguh.
Fakta 1950, Uruguay tidak disangka banyak kalangan akan juara. Pada saat itu, Uruguay harus melawan tim tuan rumah, Brasil. Skor akhir 2-1 dimenangi Uruguay. Menilai Uruguay memang tak bisa dilihat dari keindahan permainannya. Militansi dan keyakinan untuk meraih target dengan banyak cara menjadi kekuatan mereka. Bahkan, kalau perlu bermain keras. Itu pula yang khas dari Uruguay. Mereka pernah berpendapat, "Bola boleh lewat orangnya jangan." Uruguay pun dicap sebagai pembawa sepak bola negatif, meski sukses di Piala Dunia.
Sekarang, militansi masih mereka miliki. Permainan keras kadang masih terlihat. Tapi, organisasi permainan mereka jauh lebih baik. Pergerakan mereka juga amat cepat. Itu yang merepotkan Argentina dan memaksa mereka kalah 0-1, juga terancam gagal ke putaran final.
Sementara hanyalah tim dari Asia yang masih diremehkan. "Taegug Warrior" masih bermimpi menjadi juara dan bertekad untuk menjadi juara yang pertama dari Asia dalam sejarah Piala Dunia. Pada putaran tanding 16 besar, Korsel harus menang melawan Uruguay agar bisa maju ke babak berikutnya. Tidak penting Korsel melawan tim manapun. Yang penting menang.. Korsel, aku menunggumu nonton TV di puncak juara sepak bola dunia.**
Tags
Worldcup 2010