Kok Males Ikutan Pramuka?!

"Ih.. ikut pramuka?! Males ah..," kata Raihan, anak ibu kos saya yang baru. Lantas saya bertanya kepada Raihan yang usianya baru 7 tahun itu, "Kenapa kamu tidak mau ikutan pramuka?", tanyaku menyambung untuk menarim minatnya. Dia tidak punya jawaban selain menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi Raihan dengan mimik tidak berminatnya diam saja dan tidak menunjukkan pembicaraan saya dengan kedua orangtuanya.
Ibu Henni, orangtua Raihan bilang, "Kenapa ya, sekarang pramuka itu kok tidak kelihatan ramainya?"Saya tidak kaget dengan pertanyaan tidak aneh seperti ini. Karena sudah sering saya mendengarnya dari pembicaran dengan orang lain juga. Pembicaraan seperti ini sudah terlalu sering didiskusikan oleh banyak orang baik oleh kalangan anggota sendiri atau pun dengan para orangtua.
Penduduk Indonesia terutama di Jawa yang menjalani masa remaja pada kurun 1980 hingga 1990-an, hampir bisa dipastikan pernah mengenyam pembinaan pramuka. Sekarang, sebagian besar generasi ini telah menjabat sebagai orangtua muda dengan anak 1-3 orang. Anak mereka pun sudah ada yang menginjak usia pendidikan dasar. Tidak sedikit dari diskusi-diskusi kecil mengenai pramuka dengan teman-teman seusia saya yang menyatakan kepuasannya saat dibina dalam Gerakan Pramuka. Bahkan, salah satu teman sekampus saya di ITB mengatakan bahwa dia belajar teknik-teknik kepemimpinan itu dalam latihan-latihan pramuka.
Saya sependapat dengan teman saya itu. Saya merasakan sekali manfaat kepramukaan dalam membentuk pribadi saya terutama dalam membantu menentukan pilihan hidup dan harus memimpin orang lain.
Tapi teman saya itu tidak memilih aktif berpramuka saat kuliahnya. Anaknya pun yang sekarang berusia 8 tahun tidak pramuka. "Aneh.. Anak saya kok tidak mau ikut latihan pramuka ya?!", begitulah salah satu kata-katanya menyambung kekecewaannya.

Posting Komentar

Silakan berkomentar! Singkat, padat, NO-SPAM.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال