Stres juga hidup di lingkungan yang negatif. Lingkungan yang diliputi kecurigaan dan buruk sangka memang sering mengakibatkan tekanan pada mental saya. Di lingkungan pramuka, saya menikmati lingkungan yang "negatif". Jujur, sekarang lingkungan pramuka sangat negatif. Awal-awal saya kembali lingkungan pramuka di sambut dengan tatapan mata curiga. Saya pun sadar, karena saya orang baru (lagi) kembali di lingkungan pramuka. Beruntungnya, saya cuek saja dan bersikap masa bodoh. Tapi sikap saya tidak bertahan lama karena lingkungan negatif itu menarik respon kemarahan saya.
Awal Mei 2009, saya memilih aktif di pramuka tepatnya di sekeretariat Kwarda Jawa Barat. Saya senang karena mendapat kesempatan untuk kembali ke pramuka. Dalam hati saya mengira bahwa lingkungan pramuka itu positif dan menyenangkan seperti waktu saya masih dididik di satuan saya dulu. Selama 12 tahun saya membina diri, belajar dengan pembina-pembina dan teman-teman pramuka saya. Proses itu begitu menyenangkan.
Tapi setelah saya dewasa sekarang, kesenangan yang saya rasakan dalam pramuka kini telah berubah menjadi tempurung bom yang menakutkan. Aktivitas-aktivitas oknum pramuka kini menjamur dalam ruang-ruang kwartir. Sebenarnya, masih banyak pembina pramuka yang baik dan tidak jahat. Tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa dalam melawan kedoliman. Saya jadi ikut-ikutan buruk sangka. Jangan-jangan saya diperlat untuk aktif berkegiatan Pramuka untuk memperkuat status kepemimpinan mereka.
Lingkungan negatif ini disebabkan banyak faktor yang sangat kompleks. Salah satu faktor yang paling dominan adalah sikap egois dan koruptif. Antara keduanya, sikap egois lebih dominan dibanding sikap koruptif.
Terus terang, saya tidak bisa pergi dari pramuka. Karena pramuka banyak mendidik saya dari kecil hingga sekarang. Dinamika di lingkungan pramuka membuat saya banyak belajar tentang diri sendiri dan orang lain. Belajar tentang kebijakan pemerintah, belajar tentang masyarakat. Tentu saja, belajar dari amburadulnya sistem yang terus bergulir.
Yang terpenting, saya bisa belajar menjadi sukarelawan yang benar-benar tanpa bayaran. Tapi karena aktif di pramuka yang siap tidak dibayar inilah saya menemukan peluang-peluang di luar pramuka yang medapatkan jalan rizki dari sumber lain.
Terkadang saya berpikir negatif juga. Karena di lingkungan pramuka ada yang berani "minum air keruh". Di satu sisi, banyak sukarelawan yang siap bekerja tidak dibayar, sementara di sisi lain ada segerombolan orang yang berusaha hidup dari bayaran berpramuka. Gerombolan inilah yang membuat pramuka semakin negatif.
Gerombolan ini tidak banyak tapi sangat mempengaruhi suasana lingkungan yang semakin negatif. Mereka berusaha menghasut pramuka lain agar menyetujui pendapat-pendapatnya yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Saya pernah juga dihasut agar mengikuti jamaah gerombolan pencari proyek kegiatan pramuka. Namun karena saya cuek-cuek saja, hasutan itu berubah mencadi kebencian. Dan saya, ikut-ikutan dibenci oleh gerobolan itu.
Berhari-hari hidup dalam lingkungan seperti ini. Komitmen saya sekarang, saya harus mengubah lingkungan pramuka menjadi ruang yang positif. Tentu saya tidak boleh sendirian. Saya harus menyusun tim yang siap menikmati lingkungan "negatif" pramuka agar menjadi lingkungan yang positif. Aturan-aturan main ber-pramuka sudah terlalu banyak dan jelas. Tinggal dilaksanakan.
Ceuk Aa Gym teh.., "Mulai dari diri-sendiri, dari yang terkecil, dan sekarang!". Tepat pada 11 Agustus 2009 (hari ulang tahun saya), saya diusir oleh Ketua Kwarda Jawa Barat dan sekarang saya aktif di Pramuka Kota Bandung. Jika nantinya saya diusir lagi dari Taman Pramuka saya akan memulainya dari hal lebih kecil lagi. Yang jelas, saya optimis bisa mengubah keadaan negatif menjadi positif. Hidup Pramuka.
Awal Mei 2009, saya memilih aktif di pramuka tepatnya di sekeretariat Kwarda Jawa Barat. Saya senang karena mendapat kesempatan untuk kembali ke pramuka. Dalam hati saya mengira bahwa lingkungan pramuka itu positif dan menyenangkan seperti waktu saya masih dididik di satuan saya dulu. Selama 12 tahun saya membina diri, belajar dengan pembina-pembina dan teman-teman pramuka saya. Proses itu begitu menyenangkan.
Tapi setelah saya dewasa sekarang, kesenangan yang saya rasakan dalam pramuka kini telah berubah menjadi tempurung bom yang menakutkan. Aktivitas-aktivitas oknum pramuka kini menjamur dalam ruang-ruang kwartir. Sebenarnya, masih banyak pembina pramuka yang baik dan tidak jahat. Tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa dalam melawan kedoliman. Saya jadi ikut-ikutan buruk sangka. Jangan-jangan saya diperlat untuk aktif berkegiatan Pramuka untuk memperkuat status kepemimpinan mereka.
Lingkungan negatif ini disebabkan banyak faktor yang sangat kompleks. Salah satu faktor yang paling dominan adalah sikap egois dan koruptif. Antara keduanya, sikap egois lebih dominan dibanding sikap koruptif.
Terus terang, saya tidak bisa pergi dari pramuka. Karena pramuka banyak mendidik saya dari kecil hingga sekarang. Dinamika di lingkungan pramuka membuat saya banyak belajar tentang diri sendiri dan orang lain. Belajar tentang kebijakan pemerintah, belajar tentang masyarakat. Tentu saja, belajar dari amburadulnya sistem yang terus bergulir.
Yang terpenting, saya bisa belajar menjadi sukarelawan yang benar-benar tanpa bayaran. Tapi karena aktif di pramuka yang siap tidak dibayar inilah saya menemukan peluang-peluang di luar pramuka yang medapatkan jalan rizki dari sumber lain.
Terkadang saya berpikir negatif juga. Karena di lingkungan pramuka ada yang berani "minum air keruh". Di satu sisi, banyak sukarelawan yang siap bekerja tidak dibayar, sementara di sisi lain ada segerombolan orang yang berusaha hidup dari bayaran berpramuka. Gerombolan inilah yang membuat pramuka semakin negatif.
Gerombolan ini tidak banyak tapi sangat mempengaruhi suasana lingkungan yang semakin negatif. Mereka berusaha menghasut pramuka lain agar menyetujui pendapat-pendapatnya yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Saya pernah juga dihasut agar mengikuti jamaah gerombolan pencari proyek kegiatan pramuka. Namun karena saya cuek-cuek saja, hasutan itu berubah mencadi kebencian. Dan saya, ikut-ikutan dibenci oleh gerobolan itu.
Berhari-hari hidup dalam lingkungan seperti ini. Komitmen saya sekarang, saya harus mengubah lingkungan pramuka menjadi ruang yang positif. Tentu saya tidak boleh sendirian. Saya harus menyusun tim yang siap menikmati lingkungan "negatif" pramuka agar menjadi lingkungan yang positif. Aturan-aturan main ber-pramuka sudah terlalu banyak dan jelas. Tinggal dilaksanakan.
Ceuk Aa Gym teh.., "Mulai dari diri-sendiri, dari yang terkecil, dan sekarang!". Tepat pada 11 Agustus 2009 (hari ulang tahun saya), saya diusir oleh Ketua Kwarda Jawa Barat dan sekarang saya aktif di Pramuka Kota Bandung. Jika nantinya saya diusir lagi dari Taman Pramuka saya akan memulainya dari hal lebih kecil lagi. Yang jelas, saya optimis bisa mengubah keadaan negatif menjadi positif. Hidup Pramuka.
Terus berjuang kang !!!!!!!
BalasHapus